Wednesday

Apakah Syaikh Siti Jenar Sesat ?

 

 

 

APAKAH SYEKH SITI JENAR SESAT?

Alhamdulillah washolatu wassalamu ala rasulillah Amma ba'du banyak orang berbicara tentang zaman dulu kalau versi Nusantara nya adalah Syekh Siti Jenar,

Syaikh Siti Jenar ini semasa dengan Sunan Kalijaga dan sunan sunan jika di kalangan pembela Syariat Yang terakhir itu muncullah sosok Sunan Kalijaga maka dari bab hakikat muncullah Syekh Siti Jenar,  ya kalau boleh kita sebut jika ulama pewaris para Nabi,

lalu ulama mewariskan kan ilmunya lagi,

Adapun pewaris kerohanian al-hallaj itulah Syekh Siti Jenar sejarah pun berulang karena chip takdirnya sangat-sangat sama hanya formulasinya berbeda kemudian muncullah kalam-kalam yang menunjukkan kalam-kalam mabuk bertuhan mabuk cinta kepada Allah, mabuk dalam kehadiran Allah, keesaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala,  alam semesta ini disebut mungkinul  wujud.  wujudnya mungkin dan dia ada hanya ada karena diadakan oleh Allah yang disebut wajibul wujud yang niscaya keberadaannya pasti ada maka sungguh Selain itu menjadi diadakan karena dia maka yang benar-benar ada hanya Allah.  Inilah yang disebut oleh pendahulu imam-imam wujudiah namanya Imam Ibnu Arabi dengan al-wujud al mutlak ini jika seseorang memahaminya dengan jalur kerohanian seperti hal-hallaj dan Syekh Siti Jenar makan terjadi tidak ada kata aku, tidak ada alam yang ada hanya Allah sang pencipta alam ini Anggap semua dalam Bab hadiah tersebut meskipun di alam sadar kita mengatakan kita ini ada, wujud Allah ada dan wujud kita riil. Allah lebih riil tapi oleh mereka yang sedang mabuk cinta dalam hadiah keesaan Allah hanya Allah semata mirip-mirip seorang yang Kasmaran dia hanya melihat kekasihnya saja yang paling cantik paling indah paling gagah maka Disaat itu kemanapun dia memandang yang terbayang adalah wajah kekasihnya, seperti cerita Laila dan Majnun Majnun memandang tembok yang muncul wajah Laila, apalagi melihat siapapun.  Syekh Siti Jenar kemudian Bagaimana mengatakan hal yang mirip mengatakan di dalam jubahku adalah Allah, maka syaikh Siti ijenar lebih dahsyat lagi di dalam dirinya hanya Allah, wujud ku adalah wujud Allah,  Itulah Syaikh Siti Jenar.  cerita awal kenapa muncul satu dzikir satu wirid yang disalah gunakan oleh orang kebatinan, wujud atau zat yang menyusun zat Allah sifat-sifat Allah nama-nama Allah ini tidak boleh dilapas kan kecuali orang sedang mabuk, orang mabuk tidak dikenakan hukum syariat karena dia mabuk sampai kesadaran dia kembali, Tapi beberapa orang-orang yang melanggar kaedah ini melanggar Dharma kaidah seorang dzikir kepada Allah, dia membaca nya sebelum dosis  itu dibolehkan kepadanya maka yang terjadi muncullah kelompokmu Wujudiah di tahun 1400-an 1500-an 1600-an 1700-an itu kemudian terjadi pergolakan dahsyat di nusantara, maka muncul dan Tiada Hamzah Fansuri dan Syamsudin Sumatrani kemudian juga Nuruddin Ar raniri semuanya berbicara itu dan puncaknya itulah Syekh Siti Jenar, Kemudian Sunan Kalijaga mengkafirkannya kita belum menemukan satu nas, satu teks atau satu riwayat dalam kitab-kitab yang berbahasa Pegon ataupun bahasa yang aksaranya hanacaraka yang sampai kepada kita bahwa Sunan Kalijaga mengkafirkannya? Tetapi Sunan Kali Jogo tidak mengkafirkanya. Tapi seperti dulu Imam Al Junayd mengatakan kepada imam Mansur, tidak ada yang bisa menggantikanmu wahai hallaj kecuali hukum pancung yaitu d@rah yang diteteskan dan itu sangat mengerikan sekali, ajaran ini belakangan dibahasakan secara lokal disebut dengan Manunggaling Manunggaling keesaan Allah, kesatuan Allah, tidak ada hamba yang bersatu dengan Allah, kenapa hamba dianggap tidak ada maka Manunggaling jangan diartikan Syekh Siti Jenar bersatu dengan Allah kenapa wujud cuma Allah. Syaikh Siti Jenar hanya bayang-bayang, tapi orang-orang ini kemudian lancang menerjemahkan ajaran Syekh Siti Jenar kemudian mengatakan mengajarkan kesatuan dengan Allah, Syekh Siti Jenar al-hallaj pernah mengatakan itu tapi mereka sedang mabuk dan mereka mengatakan hanya ada wujud tunggal itulah Manunggaling kawulo Gusti ketika mereka merasakan bahwa diri mereka tiada di hadapan Allah seperti seorang guru tidak memandang dirinya punya derajat keilmuan dihadapan gurunya, kenapa seorang Syekh Siti Jenar tidak boleh merasakan dirinya tiada Harapan Ilahi. Imam Bukhori mengatakan  aku tidak pernah merasa kecil, aku tidak pernah merasa lebur kecuali di hadapan ibnulmadini.  Kenapa Siti Jenar tidak boleh mengatakan itu? kan dia sedang asik dengan kekasihnya, kita belum sampai kepada Kerinduan itu kenapa kita salahkan orang yang merindu, maka sahabat sahabat  yang dimuliakan Allah Mari berhusnudzon yang terjadi di zaman mereka itu sunatullah secara hukum fiqih betul pelakunya harus ditanya dieksekusi jika terbukti kemudian ada hal yang berbahaya mungkin seorang Hakim khodi di mengatakan kamu dipengang tapi sekarang ilmu itu sudah dibuka. Apakah kita masih salah paham lagi. maka benarlah Imam Ghazali Beliau mengatakan Seandainya saya jadi hakimnya di zaman Hallaj, saya akan selamatkan Hallaj, saya akan bebaskan. maka kami pun jika pantas mengatakan itu akan mengatakan hal yang sama pada zaman itu, jika kami menjadi hakimnya tentu kita akan memaklumi al-hallaj memaklumi Syekh Siti Jenar tentu kita tidak pantas untuk mengatakan hal itu hanya allah-lah yang memanfaatkan.

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 

 

No comments: