Thursday

PANGKAT KEWALIAN SEORANG GURU TAREKAT



(PART2)


PANGKAT KEWALIAN SEORANG GURU TAREKAT NAQSYABANDIYAH AL MUDZHARIYAH; Al ALIM ALLAMAH AL ARIF BILLAH SYAIKH KH AHMAD SIRAJUDDIN QS, SAMPANG, MADURA, JATIM

Telah kami terangkan dalam riwayat yang lalu, bahwa Syaikh KH Ahmad Sirajuddin mempunyai riwayat dengan beberapa Syaikh tarekat dan ulama seperti Habib Muhsin bin Ali Alhinduan, KHR As'ad Syamsul Arifin, Syaikh KH Ali Wafa dan Syarifah Fatimah Alhinduan (dalam tulisan Part 1). 

Berikut ini kami akan mengisahkan hubungan Syaikh KH Ahmad Sirajuddin Sampang dengan:

5. Prof. DR. Syaikh Haji Jalaluddin, Bukit Tinggi (wafat pada Tahun 1976)

Pada dasa warsa tahun 1950~an Syaikh Haji Jalaluddin dari Minangkabau adalah seorang guru tarekat Naqsyabandiyah  yang pengaruhnya mencapai level nasional. 

Sebelum kami menceritakan hubungan antara Syaikh KH Ahmad Sirajuddin dengan Syaikh Haji Jalaludin, kami akan meriwayatkan sekilas riwayat hidup beliau.

Syaikh Jalaluddin adalah orang Sumatera. Ayah dari Syaikh Haji Jalaluddin bernama Syaikh Imam Mentari. Syaikh Imam Mentari adalah seorang guru mursyid Tarekat Syatthariyah. Setelah itu, Syaikh Imam Mentari masuk tarekat Naqsyabandiyah kepada ponakannya yang bernama Imam Sati. Setelah selama 40 hari melakukan suluk atau khalwat dzikir Naqsyabandiyah di bawah bimbingan Imam Sati, ayah Syaikh Haji Jalaluddin (Syaikh Imam Mentari) hilang atau raib tubuhnya. Pada waktu tubuh ayahnya raib, Syaikh Haji Jalaluddin masih berusia 2 tahun.

Syaikh Haji Jalaluddin sendiri adalah seorang guru tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah yang memperoleh ijazah dari Syaikh Ali Ridha Jabal Qubais Mekkah. Syaikh Ali Ridha adalah putra sekaligus khalifah dari Syaikh Sulaiman Zuhdi. Kedua Syaikh ini adalah guru tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah Makkah yang sangat berpengaruh pada zaman sebelum Saudi Arabia dikuasai Kaum Wahabi pada Tahun 1924.

Syaikh Haji Jalaluddin, di samping sebagai guru tarekat Naqsyabandiyah, juga sebagai organisator tarekat. Setelah keluar dari PERTI, beliau mendirikan wadah organisasi tarekat yang bernama PPTI ( singkatan dari Partai Politik Tharekat Islam, kemudian berganti menjadi Persatuan Pengamal Tarekat Islam). Organisasi PPTI juga pernah ikut pemilu.Dan beliau menjadi ketuanya seumur hidup.  Melalui organisasi PPTI nya Syaikh Haji Jalaluddin pernah menjadi anggota konstituante dan anggota DPRGR/MPRS, dan menjalin hubungan yang akrab dengan presiden Soekarno. Berkat inilah jaringan organisasi PPTI melebar sayapnya ke seluruh propinsi. Tarekat booming pada waktu itu.

Syaikh Haji Jalaluddin (melalui organisasi PPTI nya) banyak mengangkat khalifah tarekat di seluruh Indonesia. Beliau juga mendekati para masyaikh tarekat di seluruh Indonesia, salah satunya adalah Syaikh KH Ahmad Sirajuddin dari Sampang Madura. Pada waktu itu, gaung tarekat Naqsyabandi yang diajarkan Syaikh KH Sirajuddin terdengar hingga ke Jakarta dan Sumatera.

Selama beberapa tahun Syaikh Haji Jalaluddin berteman akrab dengan Syaikh KH Ahmad Sirajuddin.

Pada waktu penutupan kongres (muktamar) PPTI yang ditempatkan di lapangan Tambak Sari Surabaya, Syaikh Haji Jaluddin meminta Syaikh KH Ahmad Sirajuddin untuk MEMIMPIN TAWAJJUH di acara penutupan muktamar yang dihadiri oleh ratusan mursyid seluruh tarekat, khalifah, pengurus, anggota dan ribuan ikhwan tarekat yang bergabung dalam organisasi PPTI.

Ketika Syaikh KH Ahmad Sirajuddin memimpin tawajjuh, puluhan ribu orang menangis dan meraung~raung khararah dalam dzikirnya. Bahkan Syaikh Haji Jalaluddin juga menangis begitu sangat keras.
Lapangan Tambak Sari menjadi lautan raung tangis dzikir yang khusyu.' 
 
Sejak itulah Syaikh KH Ahmad Sirajuddin Sampang dikenal oleh peserta muktamar PPTI. Syaikh Haji Jalaluddin mengakui bahwa Syaikh KH Sirajuddin adalah pemimpin seluruh mursyid pada zamannya !!!

(Saya berterima kasih atas riwayat ini kepada beberapa ikhwan sepuh dari Syaikh Haji Jalaluddin di Sulawesi Selatan, terutama kepada Almarhum Haji Idris dari Ujung Pandang yang pernah menjadi pengurus PPTI di Sulsel)

PERISTIWA KAROMAH PADA WAKTU WAFATNYA SYAIKH KH AHMAD SIRAJUDDIN SAMPANG

Riwayat peristiwa karomah wafatnya Syaikh KH Ahmad Sirajuddin hampir diketahui oleh seluruh murid Kyai Ahmad Sirajuddin. Tapi riwayat ini ditutup dan dirahasiakan selama berpuluh~puluh tahun. Dalam dunia sufi karomah memang tidak terlalu diunggulkan.

Menurut para murid~muridnya, Syaikh KH Ahmad Sirajuddin, pada waktu wafat tidak langsung dimakamkan.  Beliau dimakamkan setelah 5 hari meninggal dunia.

Beberapa jam setelah wafat beliau hendak dimakamkan. Tapi apa yang terjadi? Tanah yang digali untuk pemakaman beliau mengalami keanehan. Tanah makam yang telah dalam digali, kembali menjadi dangkal. Digali lagi masih tetap dangkal. Hingga para penggali kuburan pindah ke lokasi lain untuk menggali. Di lokasi~lokasi yang baru begitu juga. Kadang penggali bertemu dengan batu yang sangat besar. Kadang setelah digali, tanah kuburan itu mengeluarkan air. Para pelayat yang menggali kuburan terus perpindah~pindah untuk menggali ke lokasi yang lain tetapi tidak berhasil selama 4 hari. 

Apa hikmah dibalik semua itu?

Almagfurlah Syaikh KH Ahmad Sirajuddin ternyata sedang menunggu kedatangan seluruh guru mursyid tarekat yang akan hadir berta'ziyah dalam acara pemakamannya. 

Dan memang, selama 4 hari itu telah berdatangan puluhan guru mursyid dan para alim ulama dari berbagai luar daerah untuk berta'ziah kepada beliau. Dari Surabaya, Jakarta bahkan sampai dari Sumatera. Pada hari kelima, setelah para guru mursyid dan ulama berkumpul, Jenazah beliau dengan sangat mudah dan lancar bisa dimakamkan. Prosesi pengkafanan, pemandian jenazah, sholat mayit, hingga pemakaman semua ditangani dan dikerjakan oleh para mursyid. 

Jenazah dimandikan di ruang tertutup dari khalayak ramai. Dan ini satu lagi karomah yang luar biasa !!! Pada waktu jenazah beliau dimandikan, tak setetespun air jatuh ke tanah. Seakan~akan jasad beliau menyerap habis seluruh air yang disiramkan ke tubuhnya. SUBHANALLAH.

Bahkan ada beberapa murid beliau yang mahabbahnya luar biasa menerobos masuk ke ruangan tempat beliau dimandikan. Mereka ingin mengambil tabarruk (berkah) tetesan air dari jasad kyai. Dengan cara berebutan mereka berusaha merayap masuk ke kolong tempat pemandian jenazah. Mereka berusaha merayap masuk di antara sela~sela betis para mursyid yang sedang memandikan Jasad Kyai Ahmad Sirajuddin. Meskipun dilarang, para murid yang cintanya sangat tinggi kepada Kyai Ahmad Sirajuddin tetap merayap masuk ke kolong lincak tempat pemandian. Mereka mengharap dijatuhi tetesan air dari jasad beliau. Tapi apa yang didapat? Mereka tidak mendapat apa~apa. Tubuh dan pakaian beberapa murid itu tetap kering tidak dijatuhi air.

Air seakan~akan berkata kepada kita: "Jasad tubuh Kekasih Allah ini tak perlu aku sucikan lagi..."

Di saat menulis riwayat ini, kami teringat dawuh seorang ulama dan wali yang bernama Syaikh Muhammad Mutawalli Asy Sya'rawi dari Mesir. Dalam sebuah riwayat,Syaikh Mutawalli pernah bertanya kepada peserta sebuah muktamar di Mesir, kemana larinya bekas air jenazah Rasulullah waktu dimandikan, karena tidak ada keterangan dari ulama satupun. Cerita singkatnya, ketua muktamar bermimpi didatangi Rasulullah dan disuruh bertanya kepada shohibul qindil yang berada di samping Nabi (Syaikh Muhammad Mutawalli sendiri). Syaikh Mutawalli Asy Sya'rawi bercerita kepada ketua muktamar itu bahwa Jenazah Nabi Muhammad SAW pada waktu dimandikan airnya tidak jatuh ke tanah, tapi ke langit dan turun kembali ke bumi bersama hujan. Di kemudian hari tanah yang dijatuhi air tersebut akan didirikan sebuah mesjid.

Pada saat pemakamannya puluhan ribu orang hadiri ke tempat peristirahatan terakhirnya. Mereka merasa kehilangan seorang waliyullah yang kharismatik ini.

Sungguh tidak berlebihan kalau Al Alim Allamah Al Arif Billah Al Habib Muhsin Ali Al Hinduan Sumenep memberi gelar beliau "Waliyul Kabir" (Wali yang Agung). Begitu pula Syaikh Haji Jalaluddin telah memberi penghormatan kepada Syaikh KH Ahmad Sirajuddin untuk memimpin ratusan guru tarekat dan puluhan ribu ikhwan tarekat dari berbagai aliran untuk  ber~tawajjuh kepada Allah dalam sebuah acara penutupan muktamar tarekat. Pemberian gelar dan penghormatan sebagai waliyullah yang agung kepada Syaikh KH Ahmad Sirajuddin tidak hanya sampai di sini. Seorang Mursyid Naqsyabandiyah yang bernama Al Alim Al Al Allamah Syaikh KH Lathifi Baidhowi Gondanglegi Malang juga memberi perhargaan kepada Syaikh KH Ahmad Sirajuddin dengan menyebut pangkat kewalian padanya sebagai "Quthbuz Zamaninaa" (Wali Quthub pada zaman kami). Bahkan barangkali para wali Allah pada zaman itu "mengakui" kedekatan syaikh KH Ahmad Sirajuddin kepada Allah dan Rasulullah SAW, walaupun para waliyullah itu tidak menceritakan kepada khalayak umum.

Sekedar inilah riwayat Syaikh KH Ahmad Sirajuddin, Kajuk, Sampang, Madura. Sepengetahuan penulis, hingga sekarang belum ada tulisan riwayat hidup beliau yang menerangkan secara detil nasab, kewaraan, keilmuan  hingga perjuangan beliau.  Mudah~mudahan riwayat yang sekelumit ini bisa membawa tarikan kepada dzurriyah dan para anak murid Syaikh KH Ahmad Sirajuddin untuk memperluas biografi beliau yang kenyataannya pernah tersohor pada zamannya.

Wallahu A'lam bish~showab

Penulis: M. Karim

No comments: